Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Dinamika Laut Arafura dan Laut Timor


Laut Timor dan Laut Arafura merupakan bagian dari perairan Indonesia yang letaknya secara langsung berbatasan dengan Lautan Hindia. Kedua perairan tersebut memiliki karakteristik yang berbeda. Laut Timor merupakan perairan laut dalam dengan kedalaman perairan yang dapat mencapai lebih dari 2000 m sedangkan Laut Arafura merupakan perairan dangkal dengan kedalaman kurang dari 60 m.

Berdasarkan United Nations Convention Chapter IX , tentang hukum maritim, ditetapkan bahwa Laut Timor dan Laut Arafura merupakan tubuh perairan semi tertutup dalam artian sebagai teluk.
Laut Arafura atau Laut Arafuru adalah wilayah perairan yang berada di antara Australia dan Papua Nugini di Samudra Pasifik. Luasnya adalah 650.000 dan kedalaman maksimalnya adalah 3,68 km. Kabupaten Kepulauan Aru adalah salah satu kabupaten di provinsi Maluku, Indonesia. Ibukota kabupaten ini terletak di Dobo
Paparan Arrafura menghubungkan daratan Irian dan daratan Australia mempunyai kejelukan berkisar antara 30-90 m. Di paparan ini terdapat suatu saluran yang agak jeluk dengan arah barat-timur menuju Selat Tores. Selat Tores banyak ditumbuhi oleh terumbu karang dan saluran-saluran di antara terumhbu-terumbu karang tersebut sangat dangkal , yakni sampai 12 meter, sehingga pertukaran massa air dengan samudera pasifik lewat selat ini kurang berarti.


Sistem Dinamika Laut Arafura dan Laut Timor

Dinamika Laut Timor dan Laut Arafura terutama pada lapisan permukaan sangat dipengaruhi oleh pola tiupan angin muson yang bertiup. Perubahan arah dan kekuatan angin yang bertiup di atas perairan mengakibatkan terjadinya perubahan dinamika di dalam perairan tersebut. Menurut Clark et al. (1999), kuatnya angin muson mengakibatkan meningkatnya transpor Ekman, percampuran vertikal, dan tingginya bahang yang hilang akibat evaporasi sepanjang musim panas, sehingga mengakibatkan terjadinya pendinginan suhu permukaan perairan, dan sebaliknya bila angin menjadi lemah dimana percampuran vertikal massa air akan lemah dan bahang yang hilang melalui evaporasi menjadi berkurang. Keadaan ini berdampak terhadap tingginya suhu permukaan perairan.

Terdapat dua arus utama yang membawa sirkulasi laut di perairan Indonesia: Moonson Curent (Arus Monsoon Indonesia) dan Indonesian troughfow (Arus Lintas Indonesia). Arus Moonson Indonesia berada di bagian barat Indonesia, dan arus lintas Indonesia melintasi bagian tengah danTimur Indonesia. Biasanya Arus Moonson Indonesia mengalir dari laut cina utara ke laut jawa melalui laut natuna dan selat karimata. Dari laut jawa, arus moonson Indonesia menuju ke perairan yang lebih dalam di laut flores dan laut banda.

Pada bulan Mei, angin muson tenggara terlihat mulai bertiup di sebagian wilayah Indonesia termasuk di Laut Timor dan Laut Arafura. Tiupan angin tersebut mengakibatkan massa air permukaan cenderung bergerak ke arah barat. Keadaan tersebut akan mempengaruhi karakteristik massa air pada kedua perairan terutama pada perairan Laut Arafura dan perairan sekitar Kepulauan Tanimbar. Karena pergerakan massa air dapat menyebabkan terjadinya pengangkatan massa air dan pada akhirnya berdampak terhadap kesuburan suatu perairan.

Perairan Laut Timor, merupakan salah satu lintasan utama Arlindo yang membawa massa air Lautan Pasifik ke Lautan Hindia. Sumber air yang dibawa oleh Arlindo berasal dari Lautan Pasifik bagian utara dan selatan Arus di perairan Laut Timor mengalir hampir sepanjang tahun ke arah barat daya dengan pusat aliran sejajar dengan pantai Timor.

Dengan demikian dinamika dan karakteristik massa air Laut Timor sangat ditentukan oleh perubahan pola kecepatan dan arah tiupan angin muson serta kuat tidak aliran Arlindo yang melintasinya.

Sistem moonson timur merupakan sumber utama yang membawa system arus katulistiwa yang terdiri dari arus katulistiwa utara yang bergerak ke barat dan arus katulistiwa selatan yang bergerak ke timur. Konvergensi dari arus katulistiwa yang kuat pada daerah katulistiwa dari bagian barat pasifik seimbang dengan arus/ aliran westerly yang akan menjadi North Equatorial Counter Current (NECC)/ Arus balik utara katulistiwa dan bagian dari arus ini akan dengan cepat mencapai samudera hindia melalui arus lintas indonesia.

Wyrtky (1961) berpendapat bahwa bentuk permukaan hingga pada kedalaman 500 meter, arus di perairan Indonesia antara samudera pasifik dan hindia digerakan oleh arus Mindanao, pendapat tersebut juga dikemukakan oleh Fine (1985), Godfrey (1993) dan Gordon (1995). Kemudian, analisis masa air di selat makasar menyatakan bahwa air berasal dari Perairan subtropis utara pasifik. Timor