Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Karakteristik Massa Air di Laut Banda

Laut Banda adalah salah satu Lautan terdalam di Indonesia. Kedalaman Laut Banda mencapai 7440 m.
Data Laut Banda 
Data oseanografi Laut Banda yang digunakan pada postingan ini merupakan data hasil eksplorasi Arlindo yang dilaksanakan pada bulan Agustus- September 1993 atau selama musim timur. Data tersebut telah diarsip pada NODC dan diperoleh melalui situs:
http://www.nodc.noaa.gov/OC5/SELECT/dbsearch/dbsearch.html.   Data oseanografi yang digunakan merupakan data hasil pengukuran lapangan dengan menggunakan CTD. Selanjutnya data tersebut di olah menggunakan software ODV (Ocean Data View)


Sebaran Suhu
Secara umum, suhu laut Banda sampai pada kedalaman 600 meter menunjukan pola yang seragam yaitu, menurun dengan bertambahnya kedalaman. Suhu permukaan (0-5 m) Laut Banda berkisar antara 25,70 – 26,17 °C dengan rata-rata 25,98 ± 0,16°C. Suhu permukaan tertingi berada pada bagian selatan yaitu Stasiun 5, 6, dan 7 sedangkan suhu permukan terendah berada pada Stasiun 3 dan 4.



Ketebalan lapisan tercampur pada masing-masing stasiun berbeda- beda. Dengan kedalaman mulai dari 9 m (Stasiun 5) hingaa 75,6 m (Stasiun 6). Kisaran suhu pada lapisan ini adalah 24,60 - 26,04°C.
Seperti halnya lapisan homogen, ketebalan lapisan termoklin pada Laut Banda juga berbeda-beda. Lapisan termoklin ditandai dengan adanya perubahan suhu secara cepat. Ketebalan lapisan termoklin bervarisi antara 115,3- 290 meter dengan rata-rata ketebalan termoklin 194,17±65,18 meter. Stasiun 5 memiliki lapisan termoklin berada pada kedalaman yang sangat dangkal yaitu 9 meter, namun memiliki ketebalan yang cukup besar jika dibandingkan dengan stasiun lainnya yaitu 273 meter. Lapisan termoklin yang dangkal pada Laut Banda selama musim timur mengindikasi adanya upwelling yang terjadi (Wyrtki,1961). Pada Stasiun 6 dan 7 (ke arah selatan) lapisan termoklin tiba-tiba berada pada lapisan yang jauh lebih dalam yaitu pada 75,6 dan 71,6 m.

Sebaran Salinitas


Salinitas permukaan Laut Banda berkisar antara 34,07-34,33 dengan rata-rata salinitas permukaan adalah 34,19±0.075. Lapisan gumbar tiap stasiun menunjukan adanya pelapisan massa air yang unik dari Stasiun 1 hingga Stasiun 7. Hal ini dikarenakan pada perairan Laut Banda terdapat pertemuan antara massa air dari utara serta selatan Samudera Pasifik. Selain itu, terjadi vertikal mixing yang cukup kuat di Laut Banda (Hautala et al., 1996), sehingga ciri massa air dari utara maupun selatan Samudera Pasifik mengalami perubahan ketika memasuki Laut Banda.

Diagram TS
 Diagram TS (kiri) dan Diagram TO (kanan)



Ciri massa air NPSW ditunjukan dengan lapisan gumbar dengan Smaks 34,54-34,55 atau pada isopiknal di sekitar garis 26 σ0. Kandungan oksigen pada daerah dengan Smaks tersebut adalah 2,37-2,74 ml/l. Nilai suhu pada lapisan Smaks bervariasi antara 11,32-15,87°C dan memiliki nilai σt 25,44-26,38. Karakteristik Massa air dari Pasifik Utara lebih nampak pada Stasiun 4, 5, 6 dan 7. Pada Stasiun 4 dan 5, nilai Smin memiliki karakteristik yang hampir sama, namun pada Stasiun 6 dan 7 nilai Smin lebih tinggi. Massa air NPIW berada pada garis isopiknal 26,5σ0. Massa air ini berada pada lapisan gumbar dengan Smin 34,48-34,52. Kandungan oksigen pada lapisan ini sebesar 2,30-2,65 ml/l.


Reference:

Hautala, S. L., Reid, J.L., Bray, N. 1996. The Distribution and Mixing of Pacific Water masses in the Indonesian Seas. J. Geophys.Res,101, C5, 12.375-12.389.

Wyrkti, K. 1961. Physical Oceanography of South East Asian Water. Naga Report. Vol 2. Scripps Institution of Oceanography. The University of California. La Jolla. California.